MUDIK LEBARAN 2014

Mudik, berasal dari kata “udik” yang berarti kampung, sehingga istilah mudik biasa diartikan sebagai pulang kampung. Masyarakat di Indonesia umumnya melakukan kegiatan mudik ini ketika menjelang lebaran Idul Fitri . Tingginya antusias masyarakat untuk berkumpul bersama dengan keluarga di kampung halamannya menyebabkan kemacetan panjang di beberapa rute. Jalur-jalur mudik seperti pantura, Jakarta –merak, nagreg adalah jalur yang umumnya macet ketika ritual mudik tahunan ini berlangsung,

Dari Badan Litbang Kemenhub, diprediksi jumlah pemudik tahun 2014 mencapai lebih dari 27 juta jiwa , naik sekitar 7 % di bandingkan dengan angka sebelumnya. Peningkatan pemudik tertinggi terdapat di Jabodetabek 11.36% sedangkan terendah yaitu Balikapan-samarinda 2.33% (Tabel 1.0). Untuk Jalan darat diprediksi tujuan tertinggi pemudik adalah ke wilayah Jateng 61 % dan terendah ke wilayah Bogor-sukabumi-cianjur 4% (Tabel 1.1)

data mudik

Profil Pemudik 2014
Masyarakat Indonesia paling banyak yang melakukan perjalanan mudik adalah Karyawan Swasta 28%, setelah itu pelaku wiraswasta 27% (Tabel 1.2) dengan mereka yang berpendapatan Rp 3 Jt-5 Jt, 44% dan mereka yang berpendapatan > Rp 10 Jt, 1% (Tabel 1.3). Mereka yang berpendapatan Rp 1 Jt s.d 5 Jt cenderung banyak yang melakukan kegiatan mudik ini dibandingkan mereka yang berpendapatan >Rp 10 Jt.

mudik2

Kecelakaan lalu lintas sering terjadi dikarenakan mobilitas pemudik jalan darat yang tinggi pada tahun ini. Dari media informasi diberitakan lebih dari 500 Jiwa pemudik mengalami kecelakaan. Meskipun banyak perusahaan yang menawarkan program mudik gratis, tetap saja banyak pemudik yang memilih untuk membawa kendaraan sendiri karena biasanya mereka membutuhkan kendaraan sebagai sarana transportasi ketika bersilaturahmi.

Di sisi lain, mudik juga membawa dampak positif terhadap perekonomian daerah. Pembelanjaan di kampung halaman diprediksi mencapai Rp 15 T. Perpindahan arus dana dari kota ke desa terjadi ketika mudik lebaran berlangsung, tidak heran jika kita sering mendapati sektor-sektor perdagangan dan jasa di kampung halaman sangat ramai dikunjungi pembeli, saya bahkan harus menunggu 30 menit untuk dapat menikmati kuliner favorit di Jogja karena panjangnya antrian pembeli, padahal dihari biasa saya hanya menunggu 10 menit hingga hidangan sampai ke meja saya. Istilah “kapan lagi” dan “mumpung di sini” adalah pemikiran yang ada di kepala pemudik termasuk saya, sehingga sepertinya tidak menjadi masalah bagi para pemudik ini untuk harus antri lama dan mengeluarkan sejumlah uang, karena kecintaan dan kerinduan terhadap apa yang pernah mereka rasakan ketika mereka berada di sana dan keinginan untuk membaginya bersama keluarga menjadikan ini suatu pengalaman yang seru untuk dilakukan. Setidaknya itu yang saya rasakan.

Jadi, untuk para pembaca sekalian pada kesempatan ini saya mengucapkan “Minal Aidin Wal Faidzin, mohon maaf lahir dan bathin”. Selamat mudik bagi para pembaca, semoga selamat sampai kampung halaman dan bisa berkumpul bersama keluarga tercinta. Aamiin YRA

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s