Krisis Global

Sering kita mendengar istilah krisis global yang sepertinya saat ini menjadi suatu fenomena global di seluruh dunia, memang harus kita akui bahwasanya saat ini kita tengah berada pada keadaan krisis financial yang lebih parah dari krisis moneter yang terjadi pada tahun 1998 silam, perbedaannya hanya krisis saat ini terjadi dan dimulai di Negara Amerika Serikat yang akhirnya menjalar ke seluruh pelosok dunia, dulu krisis moneter melanda Asia, namun keadaan market di AS masih stabil sehingga masih banyak dana di pasar modal yang bisa dijual rugi lalu di pindah ke pasar modal AS untuk menutupi kerugian yang terjadi di pasar modal Asia, sedangkan keadaan financial Negara kita dan perbankan kita pada saat itu tidaklah sekuat sekarang, ya sepertinya kita sudah lebih baik dan siap dalam menghadapi krisis global saat ini.

Pada dasarnya krisis global yang terjadi saat ini berasal dari jalur perdagangan dan jalur pasar modal. Dari jalur perdagangan misalnya, akibat dari lesunya permintaan dari luar negeri akibat turunnya daya beli masyarakat luar negeri seperti AS menyebabkan terganggunya sektor-sektor seperti property, manufaktur dan sektor komoditas lainnya yang sebelumnya diminati oleh mereka. Keadaan ini tentunya mengakibatkan perlambatan dan kegiatan ekonomi yang berada pada sektor tersebut. Sedangkan dari pasar modal, seperti yang kita ketahui sebagian besar dana yang ada di pasar modal adalah hot money dimana berasal dari kepemilikan asing. Sehingga jika di Negara yang punya uang saja membutuhkan uang tentunya mereka akan menarik uang mereka yang terparkir di Negara-negara lain termasuk di Negara berkembang seperti Indonesia.

Jika dilihat lebih dalam lagi, sebetulnya akar dari kiris global yang terjadi adalah akibat dari kerakusan kapitalis dalam mencari keuntungan dengan cara yang akhirnya bisa dibilang keji, kasus Maddof yang menggelapkan dana nasabahnya adalah satu bentuk kerakusan para orang-orang kaya yang akhirnya membawa penderitaan kepada diri sendiri dan orang lain. Jika saja para investor malang tersebut mau lebih dalam mempertanyakan system investasi yang dikeluarkan Maddof tentunya kerugian mereka bisa saja dihindari, tapi sayang kerakusan dan kepercayaan mereka terhadap nama besar mantan petinggi Nasdaq ini telah menutup logika pikiran mereka. Dan tak sedikit konglomerat dunia yang bunuh diri akibat kasus penipuan ini. Bayangkan Maddof menggunakan dana investor baru untuk membiayai investor lama, seperti system arisan namun lebih njlimet dan kompleks. Kerakusan dan buruknya mental banker dan lembaga financial membuat krisis ini terjadi. Lahirnya bank-bank gelap yang memanfaatkan dana murah dari Negara-negara di Asia dan menggelontorkannya kepada nasabah yang tidak diikuti kapabilitas untuk membayar dikemudian hari juga turut member sumbangan terjadinya krisis ini. Selain itu kegagalan produk derivative yang berdasarkan harga komoditas pasar juga menjadi penyebab malapetaka ini terjadi, diperparah dengan penggembungan palsu harga komoditas oleh para investor dan spekulan rakus yang hanya mengambil untung dengan cara seolah-olah harga tersebut naik sehingga orang berebut unutk memblinya dan akhirnya ketika balon komoditas itu mengempis membuat banyak para investor lain dirugikan.

Kebobrokan mental pelaku financial pun terjadi di Indonesia, kasus Antaboga dana Sarijaya adalah bentuk konkrit kebobrokan mental tersebut. Sarijaya yang sudah memiliki nama selama ini seakan tenggelam dalam keburukan yang akan selalu dikenang nasabahnya akibat ulah Komisaris Utama persahaan sekuritas tersebut yang membawa lari dana nasabah lebih dari 200 Milyar. Bahkan peristiwa ini telah membuat salah satu Manajer Cabang Sarijaya bunuh diri dengan menggantung dirinya di garasi rumahnya akibat tidak kuat dengan tuntutan dan tekanan yang diterimanya.

Kembali pada topik krisis global, dan bagaimana dampaknya pada sektor perbankan? Lesunya kegiatan perekonomian akibat turunnya daya beli konsumen tentu akan berpengaruh terhadap kolektibilitas, ini saat nya bank melihat dan berhati-hati untuk menyalurka kredit kembali, tentunya dengan memilih sektor-sektor aman yang masih potensial untuk dikucuri kredit . sektor UMKM adalah sektor yang terbukti mampu bertahan ketika badai krisis moneter menerjang Indonesia pada tahun 1998, dan saat ini banyak bank berlomba-lomba untuk menggarap sektor ini. Bahkan BRI telah membuat “Teras BRI” suatu unit yang tidak hanya menghimpun dana simpanan masyarakat dan menyalurkan kredit namun juga memberikan layanan seperti layanan nasabah prima namun diberikan kepada para nasabah mikro, contohnya seperti layanan manajemen keuangan yang kebanyakan dari mereka awam terhadap istilah ini, dengan kata lain Bank BRI mencoba untuk membumikan “Wealth Management” yang selama ini hanya diketahui oleh para perilaku usaha besar. Teras BRI ini bentuk perpanjangan tangan BRI untuk menggarap sektor pasar becek yang rencananya akan dibuka di 200 pasar becek di Indonesia.

Ekspansi kredit hanya bisa dilakukan jika bank memiliki likuiditas dengan harga normal. Dan tetap menghindari sektor-sektor ekspor dan memberikan kredit kepada mereka yang pernah diberikan kredit sebelumnya. Tak lupa bank juga harus melihat karakter debitor sebelum dan sesudah krisis karena ini menjadi kunci penting dalam pemberian kredit. Itu mengapa posisi DPK bank harus kuat karena ini memperngaruhi keadaan CAR bank. Bank Daerah adalah salah satu contoh bagaimana ekspansi kredit yang mereka salurkan besar sedangkan komposisi DPK tidak imbang sehingga begitu LDR kencang CAR akan makin tergerus karena kebanyakan dana Bank Daerah sebagaian besar berasal dari dana Pemda yang pada awal bulan besar dan kempis di akhir bulan atau pertengahan tahun akibat pembiayaan pembangunan daerah. Bank harus senantiasa membuat produk yang menarik banyak nasabah untuk menabung dengan diikuti peningkatan SDM dan pelayanan kepada nasabah. karena produk tabungan adalah salah satu bentuk sumber dana murah yang logika sederhannya hanya dengan memberikan bunga 4% dan melemparkan dalam bentuk kredit dengan bunga 14%, bank sudah dapat selisih margin yang besar.

Ada baiknya bank menurunkan bunga kreditnya sebagai salah satu cara berbagi resiko dengan nasabah, sehingga nasabah pun tidak diberatkan dalam membayar hutang dan bunga nya, mungkin dilihat dalam jangka pendek bank akan mengalami penurunan margin namun untuk jangka panjang bank akan memiliki nasabah yang lebih banyak sekaligus loyal.

  

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s